Konstruksi Rendah Karbon sebagai Tren Global: Taiwan Tech dan Indonesia Bahas Strategi Keberlanjutan

Pusat Inovasi Sains dan Teknologi Taiwan-Indonesia (TI-STIC), yang dipimpin oleh National Taiwan University of Science and Technology (Taiwan Tech), menyelenggarakan 3^rd Taiwan-Indonesia International Seminar on Low Carbon Construction pada 21 Agustus di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Melanjutkan forum sebelumnya yang membahas e-waste dan limbah plastik, seminar ini berfokus pada strategi pengurangan karbon dan teknologi konstruksi inovatif, serta menarik partisipasi luas dari pemerintah, akademisi, dan industri.

Dengan sektor konstruksi menyumbang sekitar 37% dari total emisi gas rumah kaca global, pengurangan karbon menjadi prioritas mendesak secara internasional. Wakil Rektor ITS, Prof. Agus Muhamad Hatta, menegaskan bahwa forum ini sejalan dengan target Net Zero Emission 2060 Indonesia, serta menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk mempercepat transisi hijau.

Para pakar dari Taiwan berbagi teknologi mutakhir. King Ho Tai International memperkenalkan cold-mix asphalt dengan agregat daur ulang yang dipatenkan, diakui sebagai inovasi pertama di dunia untuk mengurangi emisi pada konstruksi jalan. Hao-Sheng Industrial menampilkan teknologi pemanfaatan kembali limbah untuk material konstruksi. Dari akademisi, Prof. Min-Chih Liao (Taiwan Tech) memaparkan riset tentang material jalan rendah karbon, Prof. Jieh-Haur Chen (National Central University) memperkenalkan sistem kosntruksi cerdas berbasis AI, dan Dr. Yu-Min Su (National Kaoshiung University of Science and Technology) membagikan penelitian mengenai beton aspal daur ulang.

Peneliti Indonesia juga menunjukkan solusi inovatif. Prof. Antoni (Petra Christian University) mempresentasikan beton rendah karbon berbasis self-cementing fly ash, sementara Prof. Asdam Tambusay (ITS) memaparkan alkali-activated concrete yang mampu mengurangi hingga 75% karbon tersimpan dibandingkan dengan semen tradisional. Selain itu, perwakilan dari MOENV Taiwan (RECA), Ibu Feng-Ju Li, juga memaparkan kebijakan yang menargetkan pemanfaatan 88% agregat daur ulang pada tahun 2030 melalui reformasi regulasi dan sistem sertifikasi.

TI-STIC didirikan pada tahun 2021 dengan dukungan pendanaan dari National Science and Technology Council (NSTC) Taiwan dan dibentuk bersama oleh Taiwan Tech, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), serta ITS. Sejak berdiri, pusat ini berfokus pada penelitian dan penerapan ekonomi sirkular dan pemanfaatan kembali limbah. Forum ini menegaskan komitmen bersama kedua negara untuk mendorong Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), serta SDG 13 (Aksi Iklim).

Pertemuan di Surabaya ini memperlihatkan bagaimana Taiwan dan Indonesia bersama-sama mendorong inovasi dan membangun model konstruksi rendah karbon, sekaligus meletakkan fondasi bagi masa depan hijau dan berkelanjutan di kawasan Asia-Pasifik.

TI-STIC menyelenggarakan Forum Low-Carbon Construction pada 21 Agustus di ITS Surabaya, dengan fokus pada strategi pengurangan emisi karbon dan teknologi inovatif di sektor konstruksi. Acara ini menarik partisipasi aktif dari perwakilan pemerintah, akademisi, dan industri dari kedua negara.

Mr. Po-Yu Tang, Chairman King Ho Tai International Co., memaparkan teknologi aspal ramah lingkungan rendah karbon yang dipatenkan oleh perusahaannya.

Prof. Min-Chih Liao dari Departemen Teknik Sipil dan Konstruksi Taiwan Tech membahas topik “Low-Carbon Road Materials and Balanced Mix Design”, menganalisis pengembangan serta penerapan material rendah karbon dan menekankan perannya yang penting dalam konstruksi berkelanjutan dan strategi pengurangan emisi karbon.