Indonesia Mempercepat Energi Hijau dan Pengurangan Karbon
- STIC CEGIR
- 31 Okt 2024
- 1 menit membaca
Diperbarui: 2 Nov 2024

Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 melalui transisi ke energi terbarukan dan perdagangan karbon. Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emissions pada tahun 2060, atau lebih cepat dengan dukungan internasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan perlunya transisi energi, mencatat bahwa energi menyumbang 34% dari emisi negara.
Pemerintah telah menerapkan beberapa regulasi untuk mendukung transisi ini, termasuk peluncuran Sistem Perdagangan Emisi (ETS) di sektor listrik dan Bursa Karbon. Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) telah mengamankan dana sebesar $21,6 miliar untuk mendanai pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara dan solar.
Indonesia juga bekerja sama dengan Jepang dalam Asia Zero Emission Community (AZEC), memantau 78 proyek transisi energi, termasuk 34 proyek di Indonesia. Selain itu, negara ini mempromosikan energi bersih melalui Mandat Biodiesel B35 yang sukses dan sedang mempersiapkan peluncuran Mandat B40 pada tahun 2025.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan model energi hibrida yang menggabungkan Pembangkit Listrik Tenagan Surya dan Penyimpanan Energi Hidro Terpompa, dengan tujuan mencapai listrik yang berkelanjutan. Namun, tantangan seperti pendanaan dan dukungan logistik masih ada, sehingga diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan Indonesia.
Source: Kristantyo Wisnubroto (2024), ‘Biodiesel hingga Hydro: Komitmen Indonesia Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca’, Indonesia.go.id, 03 September Available at: