
Pemerintah Indonesia terus mempercepat transisi energi dengan mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti tenaga air, surya, panas bumi, dan angin. Pada tahun 2025, porsi energi hijau ditargetkan mencapai 23 persen, sejalan dengan visi mencapai net zero emission pada tahun 2060. Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming mempercepat agenda ini dengan meresmikan 37 proyek kelistrikan strategis senilai IDR 72 triliun, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede di Sumedang dan PLTA Asahan III di Sumatera Utara. Proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan pasokan listrik tetapi juga mengurangi emisi karbon lebih dari 1 juta ton CO2 per tahun serta menciptakan lapangan kerja bagi ribuan pekerja lokal.
Selain itu, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan kapasitas 50 MWac merupakan langkah konkret dalam mendukung pemanfaatan 100 persen energi hijau di IKN. PLTS ini dapat menghasilkan 92,8 GWh energi bersih per tahun dan mengurangi emisi CO2 hingga 44.000 ton per tahun. PT PLN berkomitmen untuk mengelola infrastruktur kelistrikan yang andal serta mengoptimalkan distribusi listrik dari proyek-proyek energi bersih ini guna mendukung kebutuhan masyarakat dan industri. Namun, dengan pencapaian energi terbarukan saat ini yang berada di kisaran 15-16 persen, masih terdapat tantangan signifikan dalam mencapai target 23 persen pada tahun 2025.