
Dalam Seminar Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bertema "Semikonduktor dan AI sebagai Penggerak Revolusi Teknologi Masa Depan" di Jakarta, Rabu (15/01), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa komitmen Indonesia terhadap inovasi harus terus ditingkatkan. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-54 dalam Global Innovation Index (GII) 2024, meningkat 7 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Airlangga menjelaskan pentingnya peran semikonduktor dan AI dalam pengembangan teknologi masa depan. Berdasarkan laporan McKinsey, permintaan global terhadap semikonduktor pada tahun 2030 diperkirakan mencapai USD 1 triliun, dengan sebagian besar permintaan berasal dari sektor pusat data (33%), komunikasi nirkabel (26%), dan otomotif (14%).
Seiring dengan meningkatnya permintaan global, kebutuhan semikonduktor di Indonesia juga terus bertambah. Pemerintah menargetkan produksi kendaraan listrik roda empat (EV) mencapai 600 ribu unit pada tahun 2030, serta produksi ponsel dan tablet mencapai 40,2 juta unit pada tahun 2022. Namun, Indonesia masih sangat bergantung pada impor semikonduktor, dengan estimasi nilai impor mencapai USD 22,31 miliar pada tahun 2045.
Pemerintah sedang menjajaki kerja sama dengan universitas luar negeri, seperti Arizona State University dan Purdue University, serta memfasilitasi program magang di bidang desain IC dan pendanaan riset semikonduktor. Inisiatif ini bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten serta mendukung industri semikonduktor nasional.
Visi pemerintah adalah menjadikan Indonesia sebagai produsen utama dalam rantai pasok semikonduktor globaL, serta mengembangkan kapasitas riset dan inovasi dalam bidang AI. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerja sama dari seluruh pihak guna menciptakan masa depan Indonesia yang lebih cerdas, produktif, dan sejahtera.