Taiwan dan Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi Sirkular dalam Seminar Internasional di Jakarta
- STIC CEGIR
- 13 Mei
- 3 menit membaca
Untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi sirkular, Taiwan-Indonesia Science and Technology Innovation Center (STIC) bersama Universitas Trisakti menyelenggarakan Seminar Ekonomi Sirkular Taiwan-Indonesia Kedua pada 15-16 April 2025 di Jakarta. Seminar ini berfokus pada dua isu utama: pengelolaan limbah elektronik dan limbah plastik, dan berhasil menarik hampir 100 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi, industri, serta mahasiswa dari kedua negara. Acara ini mencerminkan komitmen kuat Taiwan dan Indonesia dalam mendorong transisi menuju ekonomi berkelanjutan.

STIC secara khusus menghadirkan sejumlah alumni unggulan Taiwan Tech yang kini memimpin perusahaan-perusahaan hijau untuk berbagi teknologi dan pengalaman terkini di bidang ekonomi sirkular. Di antaranya adalah Kevin Liang (General Manager, TUL IoT – anak perusahaan TUL Group), Robert Su (Komisaris Independen TUL Group), dan Leo Chang (Direktur Pemasaran Internasional, UWin), yang memaparkan kemajuan terkini dalam proses daur ulang dan pemanfaatan kembali baterai lithium. Dua perusahaan tersebut telah menginvestasikan USD 60 juta untuk mendirikan fasilitas daur ulang baterai di Kawasan Industri Wiraraja, Batam, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Agustus 2024. Fasilitas ini diproyeksikan menjadi pusat penting industri hijau Taiwan di Indonesia.


Selain isu limbah elektronik, pengelolaan limbah plastik juga menjadi topik utama dalam seminar ini. Presiden Cheng dari Li-Tsang Plastik Taiwan dan Manajer Huang dari Chieh-An mempresentasikan teknologi pemrosesan ulang plastik, khususnya untuk botol PET (Polyethylene Terephthalate), termasuk proses pemilahan, pencucian, dan produksi ulang untuk keperluan pangan. Teknologi ini telah mengintegrasikan sistem otomatisasi dan digitalisasi, memperlihatkan keunggulan Taiwan dalam efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan limbah plastik.

Dari sisi Indonesia, Coca-Cola Indonesia turut hadir melalui Direktur Sustainability, Lucia Karina, yang memaparkan penerapan prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam strategi bisnis perusahaan, sebagai bagian dari komitmen terhadap tanggung jawab sosial dan perlindungan lingkungan.

Presiden Universitas Trisakti, Prof. Kadarsah Suryadi, menyoroti bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 1,8 juta ton limbah elektronik dan 3,2 juta ton limbah plastik setiap tahun, dan sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat polusi mikroplastik laut tertinggi di dunia. Beliau menegaskan bahwa Taiwan memiliki pengalaman yang sangat kaya dalam sistem daur ulang 4-in-1, regulasi pengelolaan limbah, dan inovasi teknologi. Oleh karena itu, kerja sama Taiwan-Indonesia memiliki nilai saling melengkapi yang tinggi dan potensi besar untuk pengembangan di masa depan.

Dalam sambutannya pada sesi pembukaan, Kepala TETO, Bruce Chen, menyampaikan bahwa limbah elektronik dan plastik telah menjadi tantangan lingkungan berskala global. Pemerintah Indonesia, katanya, telah menindak lebih dari 300 lokasi pembuangan ilegal dan secara aktif mendorong pembangunan fasilitas pengolahan limbah menjadi energi (waste-to-energy). Taiwan, dengan teknologi dan pengalaman pengelolaan limbah yang sudah matang, sangat diharapkan dapat menjadi mitra penting dalam mendukung upaya Indonesia mengatasi krisis lingkungan.

Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup Taiwan, yakni Kepala Seksi Ms. Chien dan Ms. Lee dari Biro Sirkularitas Sumber Daya, turut membagikan pengalaman 40 tahun Taiwan dalam pengembangan kebijakan ekonomi sirkular, digitalisasi pengelolaan limbah, dan sistem insentif pengurangan sampah. Presentasi mereka mencerminkan komitmen Taiwan dalam berbagi pengetahuan dan mendukung negara mitra melalui kolaborasi konkret dan transfer teknologi.
Seminar ini diselenggarakan oleh Taiwan Tech bekerja sama dengan Universitas Trisakti, dengan dukungan dari National Science and Technology Council (NSTC) Taiwan, Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup Taiwan, serta sejumlah perusahaan alumni Taiwan Tech. Direktur Kantor Sains NSTC di Australia, Ho Lin, menyatakan bahwa STIC berperan sebagai platform kolaborasi lintas sektor antara akademisi, pemerintah, dan dunia industri untuk mendorong inovasi dan alih teknologi yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Selama dua hari pelaksanaan, para peserta mendiskusikan isu-isu strategis seperti kebijakan daur ulang, digitalisasi proses pengelolaan sampah, pengendalian polusi laut, dan kerja sama lintas negara. Para peserta sepakat bahwa ekonomi sirkular tidak boleh berhenti pada wacana, melainkan harus diwujudkan melalui kolaborasi konkret dan penerapan teknologi. Ke depan, Taiwan dan Indonesia akan terus memperdalam kolaborasi dalam bidang energi terbarukan, daur ulang sumber daya, dan pembangunan berkelanjutan menuju masa depan hijau yang inovatif dan tangguh.